Litha's World

Rabu, 09 Mei 2012

Lay My Life On You (part. 3)

:: Lay My Life On You ::
part. 3




***



Keduanya kini masih tetap terdiam, hanya suara dari tape mobil milik pemuda inilah yang yang membahana mengisi kesunyian. Gadis cantik ini tak berselera untuk memulai pembicaraan, begitu juga dengan pemuda tampan yang sedang menyetir ini ia, entah gila atau apa ia masih saja senyum – senyum sendiri entah membayangkan apa. Sampai suara melengking dari gadis disamping nya ini membahana mengalahkan bunyi tape.

“STOOPPP !!! Ini rumah aku” teriak gadis itu dengan penuh perasaan (?)

Pemuda yang dari tadi hanya asyik tersenyum kini menginjak remnya dengan segenap hati. Sejurus kemudian dia mengurut dada dan menggosok gosok telinganya.

“hahhuuhh,, masaoloh, kalem aja kali Vi” ucap pemuda itu

“masa bodo deh, aku turun dulu, makasih ya tebengan nya daaaaaa” balas gadis itu dan segera turun dari mobil milik pemuda yang sudah mengantarkannya itu, lantas segera berlari masuk ke rumahnya.

“owalah,, cewek yang aneh juga ternyata. Perasaan ada yang kelupaan deh? Apaan ya? tau ah gelap” ucap pemuda itu ngasal.


Dengan perlahan mobil pemuda itu pun melaju meninggalkan komplek perumahan elite itu



***



Gadis cantik dengan paras bak seorang model ini kini tengah berjalan tergesa, matanya sarat akan kemarahan, tangannya mengepal kuat tak diperdulikannya lagi rasa sakit akibat efek dari kuku indahnya yang menancap di telapak tangannya. Ia bingung apa yang harus ia lakukan, ia ingin sekali berteriak, namun sepertinya ia sadar bahwa dirinya sedang berada di Mall, yang merupakan tempat umum yang tak pernah sepi akan pengunjung. Ia juga tidak mau orang yang sejak tadi diikutinya tahu akan keberadaannya.

Ternyata ini, ini arti dari kata “SIBUK” yang selalu dikatakan pemuda itu jika mereka sedang berkomunikasi ? Oh, ya Tuhan,,, ternyata gadis ini telah salah besar memberi kepercayaan penuh kepada pemuda di depan sana.


“Kamu jahat Vin, kamu jahat…” Lirih gadis ini dengan sangat pelan. Tanpa bisa menahan lagi gadis itu segera merogoh Handphone dari sakunya dan menekan angka 2 yang biasanya langsung tersambung ke pemuda didepannya, pemuda yang sejak tadi diikutinya secara diam – diam. Nada sambung pun mulai terdengar ditelinga gadis ini, dilihatnya pemuda didepan sana, pemuda itu mulai mengeluarkan Handphone nya lantas dengan cepat menekan sesuatu pada Handphone nya yang sangat berefek untuk gadis ini, suara khas darI “veronica” terdengar jelas ditelinga nya.

Hatinya kian kalut , apalagi dilihatnya pemuda itu memasuki sebuah cafe sambil menggandeng lembut gadis yang sejak tadi berada disisinya. Gadis ini juga dengan segera mengikuti pemuda dan gadis didepan sana dengan hati – hati ia mengikutu kedua remaja itu masuk ke salah satu cafĂ© yang ada di Mall itu. Dan ia juga mengambil tempat duduk disekitar pemuda itu, dengan penyamaran yang total, sepertinya pemuda itu tidak akan mengenali gadis ini.


***


Gadis ini tersipu ketika pemuda berwajah oriental itu menggenggam lembut tangannya, matanya yang indah menusuk tepat dibola mata gadis ini, senyumnya terkulum sempurna membuat gadis didepannya semakin salah tingkah. Dengan tekat dan hati yang berdebar , pemuda ini menarik napas dalam - dalam dan menghembuskannya perlahan.

"Fy, aku cuma mau bilang, aku sayang kamu. sejak pertama kali kita deket aku udah ngerasaain perasaan ini Fy, perasaan yang belum pernah aku rasain kalau aku sama cewek lain, cuma kamu Fy, cuma kamu yang bisa bikin aku uring - uringan , cuma kamu yang bisa aku senyum - senyum sendiri karna mikirin kamu. aku tau fy kau blum bisa lupain Rio, aku tau itu. tapi tolong Fy, izinin aku untuk ngisi hati kamu, bantu kamu buat ngelewatin hari - hari kamu, dan bantu kamu buat lupain Rio. Alyssa, do you wanna be my girl ? do you wanna to spend your time with me ? " Tanya Alvin lembut, matanya menatap tepat di kedua bola mata Ify.


Alyssa Saufika, gadis ini terdiam kaku, jangankan untuk berbicara untuk bernafas saja rasanya tak sanggup lagi, seakan - akan pernafasan nya dijejali ribuan biji duren. tanpa basa - basi lagi  gadis ini mengangguk sambil tersenyum malu - malu.

"Yes, of course " jawab Ify tanpa bisa menyembunyikan rona merah jambu dipipi nya.

Alvin, pemuda itu kini tersenyum sumringah, tanpa memperdulikan tatapan2 orang2 di sekitarnya, ia segera berdiri dan memeluk gadis yang baru saja menjadi kekasihnya itu.

"makasih Fy" bisik Alvin tepat ditelinga Ify.


***


Gadis cantik ini tertegun, apa ? apakah ia tidak salah dengar ? Alvin ? pemuda itu ? menyatakan perasaannya pada gadis lain.

Jadi ? selama ini dianggap apa dirinya oleh Alvin ? hanya sekedar sampah atau apa ?
Ya Tuhan, sungguh keterlauan sekali pemuda bernama Alvin itu.


"Kamu bakalan nyesel Alvin, kamu bakalan nyesel udah nyakitin aku. Aku cewek kuat, aku Ashilla Zahrantiara, yang bakalan lakuin apa aja buat dapetin apa yang aku mau. kita tunggu tanggal main nya" batin gadis ini, air matanya memang sudah mengalir, namun senyum miring meremehkan khas seorang "Shilla" kini terpancar jelas dibalik sebuah majalah fashion yang sejak tadi ia gunakan untuk menyembunyikan wajahnya.


***


Lampu kerlap – kerlip menghiasi ruangan yang segaja disetting menjadi remang – remang, para pemuda pemudi dengan pakaian semi formal juga mulai ramai berdatangan , alunan music klasik juga telah memenuhi rungan ini sejak 15 menit yang lalu.
Hingar bingar pesta mewah sebentar lagi akan segera dimulai.

Seorang gadis manis dengan gaun bak seorang Cinderella mulai menuruni tangga dengan langkah anggun dan senyum manis yang terkulum sempurna, ia sangat bahagia mala mini apalagi kedua orang tuanya sengaja menunda pengerjaan proyek mereka demi merayakan Hari kelahiran putri semata wayang mereka.


Seorang MC professional yang sengaja disewa itu kini memulai acara, menyambut sang empunya acara dengan begitu antusias membuat tamu – tamu undangan bertepuk tangan begitu meriah.


Pemuda jangkung hitam manis tersenyum manis kearah gadis itu , namun gadis itu mencoba acuh , membuat pemuda itu berdecak pelan.



***



“potong kuenya potong kuenya potong kuenya sekarang juga, sekarang juga”  nyanyian serentak dari para tamu undangan untuk mengiringi gadis ini memotong kue ulang tahunnya.

"nah potongan pertama buat siapa nih , someone spesial yaa ? " tanya sang MC kepada gadis ini

"hehe, kue pertama special buat mama sama papa Ify yang udah ngerawat Ify sapai sekarang, " jawab Ify lembut lantas kemudian menyuapkan kue ke kedua orang tuanya secara bergantian.

"nah, ada pesan dan kesan nggak nih Fy buat papa sama mama kamu?" tanya MC itu (lagi)

"ada donk, yang pastinya Ify mau ngucapin makasih banget buat kedua orang tua Ify tanpa kalian Ify nggak akan ngejalanin hidup ify sampai sekarang umur Ify udah nginjak angka 17, walaupun kalian jarang ada disamping Ify, tapi kasih sayang kalian nggak pernah pudar Ify, makasih ma, pa , makasih atas semuanya. maaf juga kalau Ify sering nakal, Ify sering ngebantah mama sama papa, maaf banget, I love you mom, I love you dan, you're my everithing" ucap Ify kemudian mencium pipi kedua orang tuanya.

"next, kue special selanjutnya buat siapa ? pacar nya donk ya.. hehe" lanjut MC itu sambil terkekeh

"hehe, hmm kue yang kedua ini aku mau kasi ke seseorang yang special, seseorang yang udah berhasil merebut hati aku, jadi kue ini buat Alvin, pacar aku" ucap Ify sambil tersenyum malu - malu

"Cieeeee,,,, cieee" ledekan khas remaja kini pun membahana mengiringi Alvin yang tengah berjalan menghampiri Ify, kekasihnya.

Setelah Alvin sampai dihadapannya Ify pun mulai menyuapi Alvin, kemudian sebaliknya.

berbeda dengan dua remaja kasmaran yang sedang memamerkan aksi suap - suapan didepan sana, pemuda hitam manis ini masih saja mematung sejak mendengar kata sakral yang diucapkan Ify beberapa menit lalu "Alvin, pacar aku" 3 kata namun mampu memporak porandakan hatinya. ia tetap tertegun melihat pemandangan yang begitu romantis didepan sana, pemandangan dimana Alvin sedang mencium hangat kening Ify. tangannya mengepal, matanya memanas, ia tak tahan lagi

"Damn, " umpat pemuda itu sambil mengeksekusi tinjunya di udara , lantas berlari cepat meninggalkan ruangan mewah ini dengan hati yang telah hancur berkeping - keping

"wah, kacau nih, Ag, kamu nggak apa - apa kan nanti pulang sendirian ?" tanya Cakka, yang notabene nya adalah sahabat Rio dan juga pacar Agni

"loh, kok gitu ka? kenapa? " tanya Agni curiga

"kamu liatkan tadi Rio gimana ? aku takut tuh pesek kenapa - napa, kacau banget kayak nya dia" jawab cakka jujur. tentu saja ia tidak berbohong, Rio adalah sahabatnya , wajar saja jika ia tidak ingin terjadi apa - apa dengan sahabatnya itu.

"oh yaudah, hati - hati ya ka, telpon aku kalau urusan kamu udah selesai, udah cepet sana kejar Rio, ntar dia nekat bunuh diri lagi"

"siip, thanks ag" balas cakka sambil mencium lembut pipi agni, kemudian  segera berlari mengejar Rio.

"bisa banget deh bikin salting" lirih Agni sambil geleng2 membuang pikiran anehnya.


***


"permisi tante, Rio nya udah pulang belom tan ?" sapa Cakka ramah kepada wanita paruh baya nan anggun di hadapannya itu, yang tak lain dan tak bukan adalah Ibunda Rio

"eh Cakka, Rio nya udah pulang dari tadi, Rio kenapa sih ka, ada masalah apalagi dia ? kayaknya kacau banget, datang aja tadi nggak ngucapin salam, langsung main banting pintu kamar gitu aja" jelas Bunda Manda, Ibundanya Rio

"biasalah tan, masalah anak muda. kayak tante nggak tau Rio aja." jawab cakka

"hah, anak itu selalu aja kayak gitu, yaudah ka, kamu samperin Rio gih, "

"sip tan, cakka permisi dulu ya tan. " ucap cakka lantas berlalu menuju kamar Rio, setelah mendapat anggukan dari Ibunda Rio.


***

"Tok... Tok... Tok.. !!! " pintu kamar ini diketuk halus oleh Cakka, namun tak ada jawaban dari Rio.

"Yo didalem kan ? aku masuk ya" teriak cakka lantas dengan perlahan membuka knop pintu yang ternyata tidak dikunci itu.

Betapa terkejutnya Cakka melihat keadaan kamar yang biasanya amat sangat teramat bersih dan rapi itu kini tak ubahnya bagaikan Palestina yang di Bombardir habis - habisan oleh tentara Israel. Buku - buku, pakaian kotor , pakaian bersih, alat tulis , dan masih banyak lagi , semua barang itu kini tergeletak tak berdaya dilantai marmer kamar Rio.

"masaoloh Rio, ini kamar habis diserang israel ya ?" tanya Cakka yang "kagum" dengan keadaan kamar Rio sekarang ini.

"ngapain kesini" tanya Rio ketus.

"yaelah, Yang Terhormat Tuan Muda Haling, saya Cakka Kawekas Nuraga hanya ingin memastikan keadaan anda"

"Ify ka" lirih pemuda itu dengan tatapan kosong.

"tuh kan yo, aku bilang juga apa. sekarang coba mikir deh ini semua salah siapa ?" ucap Cakka kesal

"aku yang salah Cak, kalau aja waktu itu aku lebih milih Ify."

"trus, ngapain kamu mutusin Ify gitu aja demi Via, ?"

"kamu tau kan Ka, taukan gimana keadaan Sivia, ? aku nggak tega, dengan penyakit yang kayak gitu aku yakin Sivia lebih butuh aku.

"Iya sih yo, tapi seenggaknya kamu kasi penjelasan donk ke Ify, jangan asal bilang end aja tanpa kasi alasan. jadi gini kan, nilai kamu jadi minus dimata Ify"

"semua udah terlambat ka, Ify udah punya Alvin"

"nggak ada kata terlambat bro"

"maksudnya?" tanya Rio heran

"entahlah, aku juga nggak tau. hehehe yang jelas kamu sekarang maunya gimana?"

"huh, itu yang aku masih bingung ka, pengen sih mutusin Via, tapi aku takut ntar sakitnya kumat kalau aku putusin."

"aahh mumet juga yo akunya. eh Via itu sakit apa sih yo, kok aku gak pernah ngeliat tanda apapun kalo Via itu menderita suatu penyakit serius." tanya cakka penasaran

"Kanker hati ka, kasian banget kan ? sama sih, aku juga belom pernah liat, tapi aku udah dikasih liat surat keterangan dari Rumah sakitnya, kalo Via itu mengidap penyakit itu."

"owh, tapi kok aku rada ragu ya yo, biasanya kan kalo penyakit kayak gitu , yah kamu taulah gimana"

"tau ah gelap, mungkin karena aku jadi pacar nya Via , tuh penyakit malu keluar karena ada aku yang lebih kece dari tuh penyakit . haha " ucap Rio gaje

"ngek (?) aku tidak mengerti apa maksudmu. " ucap Cakka penuh dengan dramatisasi.

"mau pintar makanya belajar, dan minum susu cap kodok terbang"

"huu somplak" ucap cakka sambil menoyor kepala Rio.

"haha, eh, gak pulang cak ?"

"wah ngusir, oh iya udah jam segini, aku pulang dulu deh mau berlayar ke samudra mimpi bersama neng Agni tercintah" ucap Cakka dengan ekspresi menerawang.

"Bruk,, " seekor bantal (?) hasil lemparan Rio mendarat tepat di wajah cakka.

"Riooo.... " teriak cakka.

"hehe piiss cak, udah sana pulang"

"hu dasar, udahlah aku pulang dulu, jangan lupa nih kamar diberesin, kayak perawan galau aja kamu yo yo, patah hati kok gini banget, gue pulang"

Setelah cakka menghilang dibalik pintu Rio memperhatikan sekeliling kamarnya yang super "RAPI" itu.

"aaaaa bundaaaa,, kamar Rio kenapa" teriak Rio shock. *ngek (?) Rio --" *


***


"ahh sialan.. pake acara telat lagi, mana belum beresin buku lagi" omel gadis dengan rambut sebahu ini sambil mengeluarkan isi tas nya.
 matanya yang sipit ia sipitkan lagi ketika ia menemukan sebuah dompet berwarna hitan yang asing menurutnya.

"dompet siapa nih ?" ucapnya sambil memperhatikan dompet itu kemudian membukanya perlahan dan mengambil salah satu tanda pengenal yang ada didalam dompet itu.

"Gabriel Stevent Damanik" ucap gadis itu, lalu diperhatikannya dengan seksama foto yang ada dikanan bawah Kartu Mahasiswa itu

"yaa ampun Via, inikan dompet orang yang nganterin kamu kemarin, ok bisa sampai lupa sih" omel Via pada dirinya sendiri.

"huuh mesti dibalikin nih , ntar deh pulang sekolah aku balikin mendingan sekarang aku beresin buku trus berangkat sekolah" ucap Via yang masih saja berbicara sendiri. ckck --"



***



“Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan, walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya.  dan Kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan “
*to be continued*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Give Your Apreciation !!!